Alam dan Manusia
Suatu hari, aku yang baru terbangun dari tidur keluar rumah untuk mencari udara yang segar. Walaupun penglihatanku yang masih sedikit buram karena mata yang masih lembab, aku bisa melihat cuaca di luar rumah yang gelap. Awan-awan gelap saling mengejar satu sama lain, angin saling meniup satu sama lain, daun pun saling beterbangan kesana dan kemari. Tak lama setelah aku terpana dengan keadaan di luar rumah, air air penuh kenikmatan pun turun. Ya, air kenikmatan disini merupakan hujan. Kegembiraan pun datang kepadaku seperti saat aku dibelikan sepatu baru. Aku bisa bermain bersama udara sejuk, melompat di atas genangan air, bahkan bermain bola di bawah rintisan air hujan.
Namun, saat ini aku baru menyadari bahwa hal itu merupakan hal yang telah berlalu. Kesenangan yang aku dapatkan saat itu telah menjadi tantangan bagiku untuk berpikir. Genangan air yang sering menjadi temanku sudah menjadi musuh bagi saudara-saudaraku. Aku merasa bersyukur saat ini karena tidak terkena dampak teman-teman lamaku. Banyak saudara-saudara ku yang kehilangan harta bendanya, rumahnya, usahanya, bahkan anggota keluarganya akibat teman lamaku, hujan. Hujan yang kukenal dulu tak lagi menjadi teman baikku. Apa yang sebenarnya terjadi? Apakah ini perkara kita yang selalu merusak alam? Kita tidak tahu pasti, tetapi kita pasti takut bila memang sudah saatnya alam membalas segala perbuatan kita di saat kita belum menyadari kesalahan-kesalahan kita
Suatu hari, aku yang baru terbangun dari tidur keluar rumah untuk mencari udara yang segar. Walaupun penglihatanku yang masih sedikit buram karena mata yang masih lembab, aku bisa melihat cuaca di luar rumah yang gelap. Awan-awan gelap saling mengejar satu sama lain, angin saling meniup satu sama lain, daun pun saling beterbangan kesana dan kemari. Tak lama setelah aku terpana dengan keadaan di luar rumah, air air penuh kenikmatan pun turun. Ya, air kenikmatan disini merupakan hujan. Kegembiraan pun datang kepadaku seperti saat aku dibelikan sepatu baru. Aku bisa bermain bersama udara sejuk, melompat di atas genangan air, bahkan bermain bola di bawah rintisan air hujan.
Namun, saat ini aku baru menyadari bahwa hal itu merupakan hal yang telah berlalu. Kesenangan yang aku dapatkan saat itu telah menjadi tantangan bagiku untuk berpikir. Genangan air yang sering menjadi temanku sudah menjadi musuh bagi saudara-saudaraku. Aku merasa bersyukur saat ini karena tidak terkena dampak teman-teman lamaku. Banyak saudara-saudara ku yang kehilangan harta bendanya, rumahnya, usahanya, bahkan anggota keluarganya akibat teman lamaku, hujan. Hujan yang kukenal dulu tak lagi menjadi teman baikku. Apa yang sebenarnya terjadi? Apakah ini perkara kita yang selalu merusak alam? Kita tidak tahu pasti, tetapi kita pasti takut bila memang sudah saatnya alam membalas segala perbuatan kita di saat kita belum menyadari kesalahan-kesalahan kita
Komentar
Posting Komentar