Sudah 5 kali matahari terbit sejak kepergiannya, tetapi ia pun tak kunjung datang. Aku yang setia menunggunya disini hanya bisa meratapi jam dinding dan kalender sambil memakan biskuit penyejuk hati. Sesekali hal hal aneh terlintas di benakku. Apa yang terjadi pada dirinya? Mungkinkah ia pergi untuk meninggalkanku? Atau mungkin ia tersesat dan tak tahu jalan pulang? Ah, itu semua memainkan pikiranku. Aku yang tak kuasa menahannya sesekali berkeluhkesah mengeluarkan unek-unekku tentang dirinya sampai akhirnya aku bisa menenangkan diri dengan biskuit penyejuk hati. Sampai pada hari kedelapan, aku yang sedang duduk di kursi tidak menyadari bahwa ada lelaki yang berjalan lemas dari kejauhan. Ya, lelaki itu ialah dirinya. Pakaiannya yang lusuh menandakan bahwa ia sudah melewati hari-hari yang buruk. Belum sempat aku menanyai apa yang terjadi, ia langsung tergeletak di teras rumah dan kepalanya terbentur cukup keras. Aku pun panik dan langsung mengeluarkan teriakanku sekeras-kerasnya berharap ada orang yang datang menolong. Syukurlah, Pak Bari datang dan langsung membawa pujaan hatiku ke puskesmas terdekat dengan kendaraannya, mobil tua buatan 80an
Di perjalanan, aku yang sedang dalam kondisi panik, tidak sempat untuk memakan biskuitku yang biasa kumakan untuk menenangkan diri. Yang kupikirkan hanyalah dirinya dan dirinya.
Di perjalanan, aku yang sedang dalam kondisi panik, tidak sempat untuk memakan biskuitku yang biasa kumakan untuk menenangkan diri. Yang kupikirkan hanyalah dirinya dan dirinya.
Misi bang numpang komen
BalasHapusIya silahkan jangan lupa subscribenya
Hapus